Sabtu, 15 September 2012

Konvensi Puitis Persia: Hafidz

Konvensi-Konvensi Puitis Persia

      Sastra Muslim masa klasik pada masa awal menunjukkan dominasi Bahasa Arab sebagai "bahasa dunia sastra Muslim". Hal ini disebabkan banyak faktor, yakni a) al-Qur'an turun dalam bahasa Arab, b) para penguasa politik yang menguasai dunia Arab dan non-Arab berasal dari kalangan Arab (khususnya Quraish), sehingga bahasa resmi negara pun adalah bahasa Arab, didasarkan pada determinasi dan hegemoni bangsa Arab. Hal ini berlaku sejak jaman Khulafa al-Rasyidun, masa Umayyah, dan masa Abbasiah awal; c) terkait dengan penyebaran bahasa [dan budaya] Arab, Bani Umayyah memiliki peranan penting, karena kekuasaan Bani Umayyah melakukan Arabization yang intensif, sehingga beberapa wilayah seperti Palestina, Iran, Mesir, dan Afrika Utara banyak yang terarabkan, baik dari segi bahasa maupun budaya.

      Dominasi Bahasa dan Sastra Arab di dunia Islam masa klasik mulai mendapatkan penyeimbangnya dari kalangan Muslim Persia dan Muslim Turki pada masa Abbasiah Akhir. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kalangan Muslim Persia dan Muslim Turki yang mulai memegang posisi penting dalam politik dan khazanah keilmuan di dunia Islam, termasuk dalam kreativitas Sastra Muslim. Penguatan ini cukup berpengaruh pada penambahan corak sastra Muslim, sekalipun tetap masih berbahasa Arab, namun varian Persia dan Turkinya mulai nampak.
      Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para pengkaji sastra Muslim, khususnya Sastra Muslim-Persia, adalah beberapa tekhnik [pola] peralihan [iltifat] narasi yang, terkadang, membingungkan para pembaca pemula. Iltifat adalah pola peralihan (pergantian) subjek, objek, tema, analogi, dan lainnya yang dilakukan secara eksplisit maupun implisit. Dalam beberapa Puisi, Hafidz misalnya, seakan-akan memerankan seluruh karakter: sang Pencinta, sang murid, sang Guru, dan Pembimbing, suara Tuhan, dan bahkan kadang-kadang pembaca. Seringkali aku, engkau (laki-laki), dia (perempuan), dan Hafidz mengacu pada suatu orang yang sama. Tidak jarang ia memasukkan namanya [Hafidz] dalam satu stanza. semua ini merupakan sebuah metode yang "menandai" puisinya, sebagaimana seseorang mungkin melampirkan tanda tangan dalam suratnya kepada seorang kawan atau senoman yang mungkin saja menandatangani lukisannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar