Jumat, 28 Oktober 2011

Al-Nifari: Perjalanan Esoteris Bersastra

Ketinggian tokoh sufi dari Irak ini konon melebihi Jalal al-Din al-Rumi dan al-Hallaj. Dia adalah praktisi dan teoritikus sufi (sufi amali wa falasafi)sekaligus sastrawan besar dan pupuler, terutama di kalangan komunitas sufi.

“Kala kita telah melakukan perbuatan baik dan penuh kesungguhan
mengapa harus meributkan penilaian orang lain tentang kita?
Bukankah Ridha-Nya lah yang kita dambakan?”

Nama lengkapnya ialah Muhammad ibnu Abdul Jabbar bin al-Husain an-Nifari.Nama mistikus ini agak asing di telinga sebagian muslim. Mungkin tidak seperti al-Hallaj, ia seakan kurang begitu populer di zaman modern. Padahal dimata para ahli tasawuf, pandangan-pandangan sufistiknya sangat berpengaruh. Terbukti dari banyaknya para sufi sesudahnya yang banyak mengikutinya. Dia adalah An-Nifari, yang telah meninggalkan jejak kesufian yang luar biasa. Dalam memaknai tasawuf, misalnya, ia lebih berhati-hati. Itu sebabnya ia menjadi panutan bagi para sufi yang lain.  Di dunia sastra klasik Irak, namanya menjulang karena karya-karyanya yang masyhur. Tapi sejarah hidupnya sulit dilacak. Menurut catatan , ia lahir di Basrah, Irak, tapi tanggal dan tahunnya sulit ditemukan. Bisa dimaklumi, karena dia suka menyendiri. Apalagi dia lebih suka berkelana.

Kamis, 27 Oktober 2011

Hafiz al-Shirazi


     Alih-alih menyoal tentang popularitas dari Hafidz, informasi tentang detil-detil biografi Hafidz ini kurang lengkap. Namun, memori kolektif orang-orang Persia [Iran] masih menyisakan nama Hafidz ini sebagai salah satu tokoh besar dalam keilmuan, kesusasteraan, dan kesufian.
    Beberapa informasi mengenai Hafidz dapat disajikan sebagai berikut:         
  1. Hafiz/Hafez (penyair)  atau Khwajeh Shams al-Din Muhammad Hafez-e Shirazi (خواجه شمس‌الدین محمد حافظ شیرازی dalam Bahasa Persia)lahir sekitar tahun 1320 M di Syraz, sebuah kota indah di Persia Selatan. Kota ini, pada saat itu, merupakan salah satu kota yang selamat dari serangan-serangan invasi bangsa Mongol dan Tartar, selama periode sejarah kelam umat Islam. Dia menghabiskan hampir seluruh kehidupannya di kota taman yang berbudaya ini. Hafidz wafat pada tahun 1388/1389 M.
  2. Kehidupan Hafidz berada pada keluarga biasa, namun religius. Dia adalah anak bungsu dari tiga laki-laki dalam keluarga tersebut. Ayahnya penjual batu bara, yang meninggal ketika Hafidz berusia sebelas tahun. Sepeninggal ayahnya, Hafidz bekerja sebagai penjual roti, yang sebagian penghasilannya ia sisihkan untuk membiaya pendidikannya. Selama bertahun-tahun, ia belajar  untuk menguasai ilmu-ilmu klasik, yakni al-Qur'an, grammatika Arab, teologi, metafisika, logika, matematika, astronomi, sastra, kaligrafi dan sufisme. Salah satu kompetensi yang dimiliki olehnya adalah keahlian dalam kaligrafi, yang mengantarkannya menjadi salah satu kaligrafer, perancang sketsa, dan penalin naskah profesional pada zamannya.
  3. Ia banyak mempelajari karya-karya dari Sa'di al-Syirazi, Farid al-Din al-Aththar, dan Jalaluddin Rumi. Karenanya, wajar apabila dalam karya-karya Hafidz terdapat berbagai serpihan dari karya-karya tokoh-tokoh sebelumnya. Ketika puisi-puisinya mulai dikenal, ia pun kemudian berpatronase dengan beberapa penyair dan penguasa lokal; karenanya, ia pun dikenal sebagai penyair istana. Ia pun kemudian mengajar pada beberapa madrasah dan al-Jamiah yang ada di Syiraz.
  4. Beberapa karyanya (puisi dan prosanya) menunjukkan kekritisan Hafiz terhadap kekuasaan yang saat itu dipenuhi friksi dan korup, yang pada saatnya dijadikan alasan para penguasa untuk menyingkirkan Hafidz dari lingkaran Istana. Beberapa kali Hafidz dibuang (diasingkan) dan keluar dari Syiraz. Puncaknya adalah ketika ia kehilangan anak satu-satunya, ketika mereka pada masa buangan. Kehilangan anaknya ini telah "memukul" Hafidz pada kesedihan mendalam. Namun, pada sisi lain, kehilangan ini merupakan "titik picu" dari produktivitas karya-karyanya. 
  5. Ia dikenal sebagai tokoh mistik dan penyair Iran. kadang-kadang disebut juga "Hafiz dari Shiraz". Terlahir dengan nama Syamsy al-Din Muhammad, namun kemudian al-Hafidz dipilihnya ketika ia mulai menulis karya-karyanya, sebagai nama sebagai bentuk keta'dzimannya pada kebesaran al-Hafiz (1149 M), Khalifah kesebelas dari dinasti Fatimiah. Melihat dari periode kahidupannya, ia dimungkinkan sezaman dengan salah satu pujangga besar Inggris, yakni Geoffrey Chaucer. Geoffrey Chaucer (kemungkinan besar London, 1343 – 25 Oktober 1400) adalah seorang sastrawan, penyair, filsuf, diplomat dan birokrat Inggris. Ia seringkali disebut sebagai bapak Sastra Inggris. Meski Chaucer menulis banyak karya, karyanya yang ternama adalah cerita bingkainya The Canterbury Tales yang tidak selesia. Ia kadangkala dianggap sebagai penulis pertama yang menunjukkan kekuatan bahasa Inggris untuk menulis karya sastra dan tidak menggunakan bahasa Perancis atau bahasa Latin. 


Bandung, 27 Oktober 2011
Dadan Rusmana

Rabu, 26 Oktober 2011

Cinta Abadi Layla-Maznun Karya Syeikh Nizami


Aku baru saja berdiri dari tempat duduk ketika kusadari mataku basah oleh sedikit rembesan air mata. Sebuah buku telah menghisapku sedemikian dalam ke seluruh pori-pori katanya, membuat apa yang terkatakan menjadi tak terkatakan, dan menjadikan waktu dan detak jantung seperti sepakat untuk berhenti bersama. Aku tahu ini hanyalah fiksi, cerita yang telah menjadi sebuah legenda dari masa ke masa, namun bagi otak bawah sadarku ini adalah fakta yang nyata. Toh, apalah arti fakta dan fiksi di bawah dunia fana ini—yang barangkali hanyalah “rekaan” bagi pikiran Dia Sang Maha di langit sana?


Itulah sejumput kutipan dari buku Layla Majnun, yang bukanlah sebuah buku biasa. Tadi sore tanpa sengaja aku memilihnya, ketika aku hendak mengembalikan buku ke perpustakan. Tak terpikirkan olehku bahwa aku akan membaca novel yang judulnya sudah lama kutahu itu, dan bagiku tampak klise. Aku menyadari bahwa sangkaanku salah: buku ini—jika kau pernah membacanya, sebaiknya kau tak beranjak sedikit pun sampai kau benar-benar mengkhatamkannya.
Terpujilah untuk penerjemah dan penyunting buku ini, yang berhasil menyuguhkan suatu bacaan yang sangat hidup dan “sempurna” ke sidang pembacanya. Kalian berdua adalah pasangan serasi, ibarat Majnun dan Layla. Terpujilah untuk penerbit buku ini, yang mau menerbitkan buku yang akan memperkaya khazanah

Selasa, 25 Oktober 2011

Islam, Agama Populer atau Elitis?


Abdurrahman Wahid
Kompas, 6 Sep 2002

PADA tahun 1950-an dan 1960-an, di Mesir terjadi perdebatan sengit tentang bahasa dan sastra Arab, antara para eksponen modernisasi dan eksponen tradisionalisasi. Dr Thoha Husein, salah seorang tunanetra yang pernah menjabat menteri pendidikan dan pengajaran serta pelopor modernisasi, menganggap bahasa dan sastra Arab harus mengalami modernisasi, jika diinginkan ia dapat menjadi wahana bagi perubahan-perubahan sosial di zaman modern ini. Ia menganggap bahasa dan sastra Arab yang digunakan secara klise oleh sajak-sajak puja (al-madh) seperti bahasa yang digunakan dalam dziba'iyyah dan al-barzanji sebagai dekadensi bahasa yang justru akan memperkuat tradisionalisme dan menentang

Jumat, 21 Oktober 2011

Nur al-Din 'Abd al-Rahman al-Jami


Musim panas, musim dingin, dan musim semi akan berlalu.
Kita pasti akan jadi tanah dan debu
Biografi Singkat
       'Abd al-Rahaman Jami adalah salah seorang intelektual-Muslim yang pandai dari Persia yang hidup pada masa pertengahan Islam. Ia di lahirkan di Kharjad atau Jam (sebuah kota kecil di Afghanistan) pada tahun 1414 M / 817 H. Nama lengkapnya Nur al-Din 'Abd al-Rahman al-Jami. Anak dari Nizam al-Din ini, sebelum terkenal dengan sebutan al-Jami, ia akrab dengan dipanggil al-Dasty. Gelar terakhir ini diambil dari penisbatannya terhadap sebuah daerah dekat Kota Isfahan, tempat asal ayahnya.
        Ia adalah orang yang cerdas dan pandai, hal ini terbukti dari sejak kecil ia telah menunjukan sifatnya yang luar biasa itu. Ia sangat mudah dan tanggap menguasai pelajaran yang di berikan kepadanya. Ia adalah seorang yang pandai berorasi dan berargumentasi. Salah satu diantara para ulama  yang pernah menjadi gurunya ialah Syeikh Sa’u al-Din al-Kasygari, murid sekaligus khalifah Syeh Baharuddin Naqsibandiah. Dalam karyanya, Alexandrian Book of Wisdom, Jami’ menunjukkan bahwa mata rantai penyebaran

Rabu, 19 Oktober 2011

Madah Cinta Jalal al-Din al-Rumi dalam Film Ketika Cinta Bertasbih

         Jalal al-Din al-Rumi merupakan salah satu sufi-penyair terbaik yang pernah lahir di muka bumi ini. Jasad sang sufi-penyair ini bisa saja kini telah hilang menyatu dengan unsur-unsur bumi, dan ruhnya telah kembali ke haribaan Ilahi Rabbi sembari terus mengumandangkan madah (pujian)-cinta untuk sang kekasih dari dulu hingga kini. Madahnya selalu saja tersenandungkan lewat para pencintanya dengan berbagai ekspresi emosi, waktu, dan ruang. Salah satunya adalah terdapat beberapa bait syair dari Jalal al-Din al-Rumi yang dibaca oleh beberapa pemeran utama dalam film Ketika  Cinta Bertasbih. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Cinta adalah kekuatan,
yang mampu mengubah duri jadi mawar,
mengubah cuka jadi anggur,
mengubah sedih jadi riang,
mengubah amarah jadi ramah,
mengubah musibah jadi muhibbah,
itulah cinta..
(Petikan Syair Cinta Rumi ini diadaptasi dari Matsnawi 
dan dibacakan oleh Ayyatul Husna)
—–

Selasa, 18 Oktober 2011

Insya Allah: Kedamaian Bertuhan

      Sebuah kolaborasi apik dan sinergis antara Maher Zain dan Fadly Padi telah menghasilkan karya yang indah, mengugah, dan syarat dengan pesan religius. Lagu ini memiliki komposisi nada familiar yang menyentuh emosi hingga ke relung jiwa terdalam. Selebihnya, pesan yang dikemasnya memiliki nilai inspiratif dan motivasi yang mudah dicerna oleh semua kalangan. Lagu ini mendapatkan momentumnya di Indonesia pada saat menjelang dan masa Ramadhan 1431 H (2011 M).          

Insya Allah (Maher Zain feat. Fadly Padi)
Ketika kau tak sanggup melangkah
Hilang arah dalam kesendirian
Tiada mentari bagai malam yang kelam
Tiada tempat untuk berlabuh
Bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu


Senin, 17 Oktober 2011

Syair-Syair Hamzah Fansuri

Sidang Fakir Empunya Kata

Tuhanmu zhâhir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihatlah dirimu rata-rata

Kenal dirimu hai anak jamu

Jangan kau lupa akan diri kamu
Ilmu hakikat yogya kau ramu
Supaya terkenal akan dirimu



HAMZAH FANSURI: KARYA DAN AJARAN


Oleh: Mbah Kayuth  

Sufi, cendekiawan, budayawan dan sastrawan terkemuka pada pertengahan abad 16 dan awal abad 17 di kawasan Melayu-Aceh. Beliau juga dikenal sebagai sosok pelopor dan pembaharu, intelektual yang berani mengkritik para penguasa. Beliau juga memelopori penulisan risalah tasawuf secara sistematis dan ilmiah. Di bidang kesusastraan, Syekh adalah orang pertama yang memperkenalkan syair puisi empat baris dengan skema akhiran sajak a-a-a-a. Beliau meletakkan dasar puisi dan estetika Melayu yang kokoh. Pengaruhnya sebagai penyair sufimasih kelihatan jelas hingga abad 20, terutama dalam karya sastrawan Pujangga Baru seperti Sanusi Pane dan Amir Hamzah. Dalam bidang tasawuf, Syekh Hamzah Fansuri adalah mursyid Tarekat Qadiriyyah. Ajarannya tentang wahdat al-wujud kelak ditentang keras oleh Syekh Nuruddin al-Raniri, yang menuduhnya sebagai ulama zindik.

Maher Zain: For The Rest of My Life

       Setelah sukses di seluruh dunia lewat lagu Insha Allah, penyanyi religi asal Swedia Maher Zain kembali lagi dengan video klip lagu terbarunya, "For The Rest of My Life."


"For The Rest of My Life" 

I praise Allah for sending me you my love
You found me home and sail with me
And I`m here with you
Now let me let you know
You`ve opened my heart
I was always thinking that love was wrong
But everything was changed when you came along
OOOOO

Minggu, 16 Oktober 2011

Hamzah Fansuri: Sufi-Penyair dari Aceh pada Abad 17

Oleh: Ahmad Yulden Erwin

Dalam sejarah perkembangan agama Islam di Nusantara, ada beberapa tokoh Islam yang dikenal sangat dipengaruhi oleh ajaran sufi dari Al Hallaj. Di tanah Jawa kita mengenal tokoh sufi yang bernama Syeikh Siti Jenar, atau sering juga dikenal dengan panggilan Syeikh Lemah Abang. Syeikh Siti Jenar ini dalam beberapa penelitian para ahli dikatakan salah satu wali dari sembilan wali yang dianggap menjadi penyebar agama Islam di Nusantara. Tetapi, dalam beberapa penelitian ahli lainnya, Syeikh Siti Jenar dianggap bukan salah seorang dari sembilan wali tersebut. Namun, yang jelas, kisah hidup Syeikh Siti Jenar hampir mirip dengan Al Hallaj di tanah Persia. Syeikh Siti Jenar juga dihukum mati oleh para wali karena dianggap telah menyesatkan umat dengan ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti”, atau paham kesatuan antara mahluk dengan Tuhan. Ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti” dari Syeikh Siti Jenar ini mirip dengan ajaran “Wahdatul Al Wujud” yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Al Hallaj.

Rabu, 12 Oktober 2011

Al-Mutanabbi: "Nabi" Para Sastrawan


Mutanabbi: Gelar Keaagungan
      Nama Mutanabbi berarti "Orang yang Mengaku Nabi". Jika mengacu pada makna umumnya, maka penamaan itu akan bermasalah di kalangan umat Islam yang berkeyakinan bahwa "tiada nabi dan rasul setelah wafatnya Rasulullah saw.", Sebagaimana halnya pengakuan Musailamah al-Kazzab yang memproklamirkan dirinya sebagai Nabi, hal itu telah membuat geger kaum muslimin pada saat itu, namun bagaimana halnya dengan penamaan seorang penyair terkenal al-Mutanabbi tersebut?.
     Sang maestro ini bernama lengkapanya Abu Tayyib Ahmad bin Husain bin Murrah bin Abdul Jabbar Al

Ibn 'Arabi: Desah Esoterik Cinta


           Salah satu pengaruh metafisis paling mendalam terhadap dunia Muslim maupun Kristen adalah ajaran Ibnu Arabi as-Sufi, dalam bahasa Arab disebut asy-Syekh al-Akbar (Mahaguru). Ia keturunan Hatim ath-Tha'i, yang masih termasyhur di kalangan bangsa Arab sebagai laki-laki paling dermawan yang pernah dikenal dan dalam Ruba'iyat versi FitzGerald disebutkan, "Ijinkan Hatim ath-Tha'i berseru: Pesta! "Jangan hiraukan dia!" (maksudnya karena terlalu seringnya menjamu orang-orang lain).
        Spanyol telah menjadi negeri Arab selama lebih dari empat abad ketika Ibnu Arabi (dari) Murcia dilahirkan pada 1164. Diantara nama-namanya adalah al-Andalusi, dan tidak diragukan dia lah salah satu tokoh terbesar dari beberapa tokoh besar Spanyol yang pernah hidup. Secara umum diyakini bahwa tidak

Senin, 03 Oktober 2011

Martin Lings: Sufi-Penyair dari Inggris




 Perjalanan Pun Dimulai       
       Martin Lings (atau dikenal dengan nama Abu Bakar Siraj al-Din) dikenal sebagai sarjana dan penulis muslim sufi. Ia merupakan ahli Shakespeare serta murid dan pengikut Rene Guenon dan Frithjof Schuon. Ia lahir di Burnage, Lancashire, Manchester, tanggal 24 Januari 1909 pada sebuah keluarga Protestan. Meski begitu, dia banyak menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanyanya di Amerika Serikat, mengikuti ayahnya. Kembali ke Inggris, dia bersekolah di Clifton College, Bristol. Setelah itu, Lings melanjutkan pendidikan di Magdalen College, Oxford, belajar literatur Inggris dan memperoleh gelar BA tahun 1932. Saat sekolah di Magdalen ini ia berteman dengan C.S. Lewis. Pada tahun 1935, dia pergi ke Vyatautas Magnus University di Lithuania, menjadi pengajar studi Anglo-Saxon dan Inggris Abad Pertengahan.
      

Ibn Thufail dan Hay bin Yaqdzan: Roman dari Muslim Granada

Prawacana    
        Salah satu karya Sastra Filsafat yang populer di kalangan Muslim dan Barat adalah Hay bin Yaqhdzan (Si Hidup bin Si Sadar). Karya ini merupakan novel-filsafat yang disusun secara apik dan nyastra oleh Ibn Thufail. Sejak dipublish ke publik kerajaan Muslim Granada, Spanyol, pada abad ke 6 H (abad ke 12 M), karya ini telah menarik perhatian para sastrawan dan filusuf Muslim, baik di Timur maupun di Barat, dan kalangan non-muslim Eropa. Sekalipun, pada awal publikasinya, karya ini dinilai kontroversial dari segi substansi, namun dari sudut pandang sastra, karya ini diakui oleh kalangan linguist Arab sebagai karya yang bernilai sastra tinggi.