Selembar Undangan Ilahi
---- Hafidz al-Syirazi---
Engkau telah diundang untuk menemui sang Sahabat
Tak seorang pun mampu menolak undangan Ilahi
Hanya dua pilihan tersisa untuk kita sekarang:
Kita penuhi undangan Tuhan,
Bergegas untuk menari
atau
Dibawa di atas usungan
Sumber:
- Daniel Ladinsky, Aku Mendengar Tuhan Tertawa, Yogyakarta:Risalah Gusti, 2005, hlm. 5.
Puisi dari Hafidz al-Syirazi ini mengingatkan kepada pembaca tentang kesadaran spiritual, yakni 1) keasadaran bertuhan, dan 2) persiapan untuk menemui sang Kekasih [Allah].
Engkau telah diundang untuk menemui sang Sahabat
Tak seorang pun mampu menolak undangan Ilahi
Pada satu sisi, potongan Puisi di atas, secara eksplisit, mengingatkan pada diri manusia mengenai [keharusan] adanya kesadaran bertuhan. Dalam konteks agama Islam, hal ini berarti setiap diri manusia harus menyadari dan mengimani adanya Allah [Iman] sebagai pencipta, pemelihara, dan sumber penggerak. Selain itu, setiap jiwa muthma'innah menyadari bahwa Allah senantiasa "ada", "bersama", serta dan "mengawasi" setiap rasa, pikiran, jiwa, dan perilaku manusia. Pada sisi lain, puisi ini pun mengisyaratkan "kedekatan" antara Hamba-Allah. Hafidz menggunakan istilah "sahabat" [shahabah atau rafiq] untuk merujuk pada Allah. Hal ini untuk menunjukkan kesadaran "kedekatan" dengan Tuhan.
Hafidz juga mengingatkan bahwa "ketika manusia diundang oleh Allah, maka tak seorang pun mampu menolaknya". Undanga Hafidz ini merujuk pada beberapa hal, yakni 1) undangan pada masa hidup manusia dalam bentuk, panggilan menuju keimanan, ibadah ritual, dan perbuatan-perbuatan baik, 2) undangan ilahi ketika kematian. Ketika undangan Ilahi ini datang, manusia hanya diberi dua pilihan, yakni:
Kita penuhi undangan Tuhan,
Bergegas untuk menari
atau
Dibawa di atas usungan
menuju Bangsal-Nya.
Cileunyi, 28-08-2012
Dadan Rusmana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar