Selasa, 16 Agustus 2011

Ibn al-Muqaffa: Al-Adab al-Shagir wa al-Adab al-Kabir

Petuah-Petuah Moral Ibn al-Muqaffa’






Image
 al-Adab ash-Shaghir wa al-Adab al-Kabir
Di kalangan pondok pesantren nama Ibn al-Muqaffa’ adalah nama yang asing. Meskipun   sosok yang satu ini penuh dengan kontroversi dan dipersoalkan ke-Islaman-nya oleh sebagain orang. Dalam catatan sejarah peradaban Islam, Ibn al-Muqaffa’ dianggap oleh sebagian intelektual Muslim sebagai orang yang pertama kali menerjemahkan buku-buku logika karya Ariestoteles, yang dipersembahkan untuk khalifah al-Manshur yang kelak menjadi orang yang memerintahkan membunuhnya.
Ibn al-Muqaffa’ lahir di Irak pada tahun 106 H/742 M sebagai pemeluk agama Majusi. Sebelum masuk Islam namanya ialah Ruzabah dan sering dipanggil (kuniyyah) dengan sebutan Abu Amr. Ia masuk Islam di bawah tangan Isa bin Ali, paman as-Saffah dan al-Manshur, yaitu dua khalifah awal Abbasiyah.

Menurut Ibn Khalikan, ia termasuk dari orang-orang yang dituduh Zindiq. Dan pada akhirnya, dengan restu khalifah al-Manshur, ia dieksekusi mati pada tahun 142 H/759 M. [Untuk lebih jelas lihat, Ibn Khalikan, Wafayat al-A’yan wa Anba`u Abna` az-Zaman, Bairut-Dar Shadir, jilid, II, h. 151].Tuduhan zindiq yang dialamatkakan kepada Ibn al-Muqaffa’ merupakan salah satu alasan kenapa ia harus dieksekusi mati. Tragis memang, tetapi itulah sejarah yang ada.

Sosok Ibn al-Muqaffa’ memang telah tiada, tetapi karya-karyanya tetaplah abadi sepanjang masa. Di antaranya ialah ia menerjemahkan tiga kitab Aristoteles mengenai logika, pengantar ilmu logika yang lebih dikenal Isaghawji. Ia juga menerjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab kitab Kalilah wa Dimnah yang menjadi karya tersohornya. Di samping itu, Ibn al-Muqaffa’ juga menulis kitab Mazdak, at-Taj fi Sirah Anusyirwan, Jawami’ Kalilah wa Dzimnah, al-Yatimah, dan al-Adab ash-Shaghir wa al-Adab al-Kabir. Kitab yang terakhir disebutkan, yaitu al-Adab ash-Shagir wa al-Adab al-Kabir adalah risalah yang memuat petuah-petuah moral. Petuah-petuah tersebut diambil Ibn al-Muqaffa’ dari kata-kata bijak orang-orang terdahulu yang sangat berguna untuk membersihkan hati dan menghidupkan pemikiran. [H. 20].

Petuah-petuah yang terdapat di dalam kitab tersebut sangat terasa sekali, menyentuh hati  menggairahkan serta membangkitkan pemikiran kita. Misalnya pada bagian pertama dalam al-Adab ash-Shaghir,  Ibn al-Muqaffa’ mengatakan: “Bahwa setiap makhluk memiliki hajat, dan setiap hajat itu ada tujuan akhirnya, sedang tujuan akhir tersebut pasti memiliki jalan........…”.

Pada alenia berikutnya, Ibn al-Muqaffa’ mengatakan: “Tujuan akhir dan hajat manusia ialah kebaikan di dunia dan akherat. Jalan untuk menemukannya (kebaikan) ialah akal sehat, sedang indikasi akal sehat ialah dapat memilih pelbagai hal dengan di dasarkan kepada ilmu (bashar)….”. [H. 15].

Pandangan Ibn al-Muqaffa’ di atas memang harus diakui kebenarannya. Bahwa apa yang menjadi cita-cita dan dan diinginkan oleh setiap orang adalah mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Lantas, bagaimana cara menggapai kebahagaian tersebut? Caranya adalah dengan akal sehat. Sebab, dengan penalaran yang baik manusia akan mampu mengambil pelbagai hal atau tindakan dengan di dasarkan pada ilmu.

Pandangan ini pada dasarnya senada dengan apa yang dikatakan Ibn Juraij: “Qiwam al-Mar`i ‘Aqluhu” (Pondasi seseorang adalah akalnya). [Ibn Abi ad-Dunya, al-Aql wa Fadhluhu, h. 136]. Karena kedudukan akal yang sangat penting itulah kemudian Ibn al-Muqaffa’ dengan tegas mengatakan: “Tidak harta-benda (mal) yang lebih utama ketimbang akal”. [H. 32].

Itulah sekedar contoh-contoh petuah Ibn al-Muqaffa` yang terdapat di dalam al-Adab ash-Shaghir. Sedang di antara petuhanya yang terdapat di dalam al-Adab al-Kabir ialah petuah tentang perlunya kesabaran ketika mengerjakan pekerjaan yang banyak. Sebab, kesabaran tersebut akan dapat meringankan pekerjaan tersebut. [Untuk lebih jelasnya lihat halaman, 124]. Sedang contoh lainnya adalah petuah Ibn al-Muqaffa’ yang mengatakan: “Biasakan dirimu bersikap tidak pelit”. [H. 116].

Demikianlah sedikit tentang petuah-petuah Ibn al-Muqaffa’ yang terdapat di dalam kitab al-Adab ash-Shaghir wa al-Adab al-Kabir. Meskipun di dalam al-Adab al-Kabir kita tidak akan menemukan unsur keberagamaan Islam dan ketakwaan secara langsung, tetapi petuah-petuahnya jelas menegaskan tuntutan moral dan dan tuntutan masyarakat manusia yang sejalan dengan ajaran Islam. Salam… 
Rabu, 29 April 2009
Sumber: http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.php?option=com_content&task=view&id=259

Tentang Kitab:
Penulis  : Ibn al-Muqaffa’
Judul   : al-Adab ash-Shaghir wa al-Adab al-Kabir
Penerbit  : Beirut-Dar al-Kutub al-‘Arabiyyah
Cet.    : III, tahun 1417 H/1996 M
Pentahqiq     : Dr. In’am Fawwal
Tebal   : 146 halaman





































Tidak ada komentar:

Posting Komentar