Minggu, 02 Februari 2014

AKULAH ANGIN ENGKAULAH API: HIDUP DAN KARYA JALALUDDIN RUMI


Di dalam buku ini Annemarie Schimmel menggambarkan sosok Jalaluddin Rumi yang selalu menjadi pusat perhatian dunia. Pada bagian awal, Schimmel menjelaskan tentang perjalanannya menuju tempat pemakaman Rumi yakni Konya. Disana makam maulana disebut dengan Yesil Turbe (kubah hijau). kemudian Schimmel menceritakan tentang pertemuan pertama maulana dengan seorang darwis yag bernama Syamsuddin Tabriz. Bagi Rumi syams merupakan matahari yag luar biasa yang mengubah aseluruh hidupnya,  membakarnya, membuatnya menyala, dan membawanya kedalaman cinta yang sempurna. Jalaludin dan syams tidak terpisahkan lagi dan menurut riwayat selama berbulan-bulan dapat berthana hidup tanpa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia ketika mereka bersama-sama menuju cinta tuhan. Suatu hari syams dikabarkan menghilang. Jalaluddin merasa patah hati karena berpisah denga mataharinya. Saat itu jalaludin bingung dan kahirnya ia menuliskan syair-syair.

 

Dalam buku itu Schimmel menggunakan nama tokoh Rumi kadang-kadang sebagai Jalaluddin, Maulana, dan Rumi. Entah mengapa ia merubah nama di setiap bab misalnya bab pertama ia mnyebutnya dengan Jalaludin dan di bab berikutnya ia menyebutnya dengan maulana. Mungkin karena ia ingin agar pembaca tahu tentang nama panggilan Rumi. Dalam narasisnya diceritakan tentang sebuah perjalanan menuju Rumi atau dengan nama jelasnya Maulana Jalaluddin Rumi. Dimana seseorang  menceritakan tentang karya-karya rumi yaitu Matsnawi, yang berisikan kearifan kehidupan yang unik tetapi mulia, yang merupakan buah dari pengajaran dan kegiatan puitis juga buah dari terbakarnya cinta Ilahiah dan buah dari kehidupan. Dan Salah satunya lagi seperti Fihi Ma fihi (didalamnya lah apa yang ada didalam) yang bercerita tentang pengepungan sebuah kota yang didiami oleh ibunda Maulana atau Rumi dan bagaimana kekuatan doa seorang wanita dapat melindungi dari perbuatan keji musuhnya.   Pada umur 18 tahun Jalaluddin menikahi seorang gadis dari rombongan yang telah mengadakan perjalanan bersama mereka dari khurasan. Kemudian mempunyai putra yang bernama Sultan Walad, yang merupakan nama kakeknya yaitu Bahauddin Walad. Bahauddin Walad adalah seorang Sufi, sesungguhnya dia telah mengalami tahapan mistik tertinggi, sesuatu yang sensual, suatu cinta yang sempurna kepada Tuhan, sampai dia berada dalam pelukan-Nya.  Selama 1230 dan awal 1240, Maulana menjalani kehidupan sebagai seorang alim, mengajar dan  bermeditasi. Dia telah menggunakan pengaruhnya untuk membantu orang-orang miskin.
Rumi  tidak pernah menyebutkan nama Syams dalam syairnya tetapi secara tidak langsung ketika ia menggambarkan matahari, bulan dan bintang ia masih mengingat sahabatnya itu. Keemudian datang berita baik bahwa Syams ada di Damaskus dan Jalaludian memerintahkan anakanya, sultan walad untuk menjemput sahabatnya itu. Akan tetapi putra maualana, Alaudin, 5 Desember 1248 memanggil Syams dan membunuhnya. Kemudian alaudin mengatakan bahwa syams hilang begitu saja mungki pergi ke Suriah, katanya. Bagi Mulana Syams adalah  manusia yang bersifat ilahiah. Atas dasar inilah maulana sangat menyayangi Syams dan merasa kehilangan karena ia merupakan sahabat yang memberikan rahmat baginya. Dengaa Syam ia bisa mencari cinta tuhan dengan pemikiran baru karena syams memiliki ketajaman pikiran wlalupun ia adalah seorang yang "sombong" akan kemampuannya itu.
 Ekspresi puitis yang ia buat bukan semata-mata merupakan suatu yang tidak disengaja. Ia tidak berkeinginan untuk menjadi seorang penyair. Maka dari itu ia selalu memperingatkan diriya bahawa ia bisa berbicara jika ia tersentuh oleh seruling atau napas orag yang dicintainya. Seperti kecintaannya pada Syams yang merupakan sahabat karib yang tiada duanya. Ini merupakan gamabaran dari pikiran Rumi yang terkenal dengan syair yang dalam dan sarat akan makana yang ambigu. Seingga orang yang menafsirkannya harus benar-benar mengetahui sejarah perjalanan hidup Rumi. Beberapa kalimat menarik salah satunya adalah “matilah sebelum engkau mati!”, yang berarti bahwa matinya sifat-sifat rendah  diri kita sendri sebelum kematian tubuh maka kita akan terbebas  dari mpenjara materi.
Rumi selalu tampil dengan pengkauan terhadap kekuasaan, kemurah-hatian dan kearifan tuhan. Tidak seperti Athar yang sering mengandung usur kritik social, juga protes terhadap tuhan, yang menciptakan dunia ini penuh dengan kejahatan. Padahal tentu saja tuhan lebih mengetahui rahsia dibalik semuanya. Maulana menggambarkan manusia seperti itik yang hidup didarat dan di air atau manusia itu setengah lebah, setengah ular yag tidak dapat menghsilkan madu dan juga racun. Kemudian  ia juga mrengatakan bahwa org mengatahui semua tanda lahiriah segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui hakiakat kehidupan.selalu saja kita berpikir tetang selukbeluk diri kita tanpa memikirkan bahwa ada jiwa yang tidak akn pernah mati dan jiwa inilah yang akan kembali pada tuhan. Artinya bahwa kita harus meyadri bahwa kita tidak akan selamunya berkutat dengan keadaan seperti ini selamanyha ada kalanya kita akan kembali pad sang pencipta.
Maulana mengakui bahwa tidak perlu mengasingkan wanita yang baik, sebab wanita seperti itu tahu apa yang harus dilakukannya dan tahu bagaimana berprilaku. Sedangkan wanita yag buruk akan selalu mencari tipu muslihat untuk melepaskan diri dan berlaku tak pantas, sebanding dengan upaya untuk mengasingkan dirinya.ini  berarti bahwa pria dan wanita harus berjaan dijalan yang sama dan keduanya harus berusaha memenuhi kewajiban-kewajiban yang sudah ditetapkan al-quran bagi orang-orang mukmin. Rumi cukup pragmatis untuk mengetahui bahwa setiap makhluk dapat bertindak hanya dalam rangka kemampuannya keadaan manusia itu kemungkinan dan kemampuan mereka juga berbeda-beda. Itulah sebabnya, mereka akan dinilai menurut bagaimana mereka memanfaatkan kemampuan mereka.mukhannats atau hemaprodit berulang-ulang muncukl dalam kisah-kisahmaulana sebagai model orang munafik yang bukan termasuk orang dunia maupun akhirat.
Aspek yang sering Rumi sebutkan adalah tentang tanggung jawab. Meskipun Allah telah merencanakan dan mengatur segalanya, manusia juga memilki tanggung jawab untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya untuk menghindari kemlangan dn sekaligus bertanggung jawab untuk tidak menyesatkan orang lain.
Selain itu Schimmel juga menggambarkan tentang gambaran rumi tentang shalat. Shalat merupakan doa, dan tidak semua doa diterima. Setiap orang bertanya–tanya mengapa doanya belum juga dikabulkan. Rumi menggambarkan doa-doa yang  dipanjatkan bagaikan nyanyian brurung-burug di pagi hari. Sampai kapan tuhan ingin mendengrnya terserah padanya. Juga orang yang berdoa diibaratkan seorang pengemis jika orang yang datang adalah orang yang bruruk rupa maka kita langsung memberinya uang agar cepat pergi. Tapi orang yang berdoa dimata tuhan diibaratkan pengemis yang rupawan, tentuya akan diberikan beberapa ujian agar doanya dikabulkan. Doa itu sendiri merupakan pengakuan manusia bahwa tuhan maha kuasa atas segalanya da pengkauan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah yang tidak bisa  berbuat apa-apa tandpa kehendaknya.
Sedangkan konsep Rumi tentang cinta adalah bahwa begitu cinta menguasai manusia. Maka tidak ada jalan untuk melepaskan diri dari dirinya. Oleh karena itu menyembunyikan cinta merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Cinta sering terlihat seperti perangkap atau jaring untuk menangkap burung jiwa. Seperti yang rum kataka dalam syairnya yakni orang yang jauh dari jaring cinta adalah burung yang tak bersayap. Karena hanya burung cantik yang masuk dalam perangkap cinta, bukan makhluk-makhluk seperti burung hantu yang tidak mau melihat matahari dan hanya puas dengan tinggal diantara puing-puing.
Kebanyakan diantara kita yang sering dibicarakan adalah pandangan Rumi tentang cinta. Padahal ada aspek lain yang lebih penting, seperti kesufian dan akhlak yang dibicarakan oleh Rumi. Sama’ ( tarian mistik ) membuka gerbang surga. Oleh karena itu, sama menjadi salah satu aspek terpenting bahkan bisa dikatakan sebagai poros dari syair-syair rumi. Sama adalah tangga menuju langit, tangga yang dapat digunakan jiwa yang merindu untuk mencapai atap dimana sang tercinta yang rupawan yang berseri-seri akan menanti. Begitulah Rumi dengan karyanya.
Jujur saja banyak yang kurang paham dengan tarian ini bagaimana sebenarnya bentuk tarian ini.  Seperti yang Rumi gamabarkan ketika berputar ia serasa bersatu denganlangit dan bumi. Mungkin hanya orang tertentu dan yang paham akan Rumi yang lebih tahu tentang makana danbentuk dari tarian ini. Yang saya pahami adalah dengan tarian ini Rumi bisa merasakan berada dekat dengantuhan. Entah makasudnya apa ? apakah tarian ini sangat penting untuk dimainklan atau hanya sebuah tarian yang memiliki ddaya tarik sendiri. Dan seperti yang telah saya ketahui bahwa terkadang tarian menggambarkan apa yang  sebenarnya kita inginkan. Kita akan merasa bahw aketika kita menari semua masalah akan berkurang darp pikiran kita.tapi terkadang sebuah tarian hanya akan emmbuat kita merasa berslah kepada diri. Karena hal itu sangat membuang-buang waktu. Sedangkan tarian yang Rumi  ciptakan merupakan sebuah tarian yang bisa menyatukan jiwa bagi sipenari dan apa yang ia inginkan.
Schimmel menggambarkan Rumi seakan-akan ia pernah hidup dengan Rumi dan merasakan bagaimana perasaan Rumi pada saat itu. Penggunaan gaya bahasa puitis yang digunakan oleh Schimmel juga menggambarkan bahwa sosok Rumi adalah sosok yang tidak mudah dimengerti akan pemahamannya tentang makna yang ada disetiap karyanya. Jujur aja saya baru merasa lebih kenal dengan Rumi setelah membaca biogarafi yang di tulis oleh Schimmel. Saya sangat terkesan dengan apa yang dipaparkan Schimmel. Dan ternyata kekaguman kita kepada seseorang dapat kita tuangkan melalui sebuah tulisan salah satunya adalah biografi orang yang kita kagumi. Demikian Schimmel saking kagumnya ia terhadap sosok Rumi ia menuangkannya dengan menulis biografi tentang Rumi.
Schimmel berbicara tentang kata, istilahnya kata ibarat sebuah pohon. Kata yang baik laksana pohon yang baik. Dengan demikian ia mengutip al- Quran bahwa kata adalah kekuatan kreatif oleh sebagian besar agama di dunia; katalah yang mengantarkan wahyu; kata diamanahkan kepada umat manusia sebagai titipan yang harus di jaga,jangan sampai ada yang teraniaya, terfitnah, atau terbunuh oleh kata-kata. Dapat disimpulakn bahwa bagi Schimmel kata memiliki kekuatan yang tidak dapat kita ukur. Dan pada kekuatan kata inilah terletak tanggung jawab para penyait, lebih-lebih lagi para penerjemah, karena slah satu kesalahan samar saja dapat memicu kesalahanpahaman yang berbahaya.
Seperti dalam sebuah artikel yang pernah saya baca bahwa demikian besar keyakinan Schimmel pada kata-kata, seyakin dia pada moto penyair Jerman Friedrich Ruckert, bahwa puisi mempu menuntun manusia menuju rekonsiliasi dunia. Puisi menurut Rucket, adalah lidah utama umat manusia; puisi menghubungkan manusia kareanaia menjadi bagian dari setiap peradaban dunia. Ia juga menggambarkan kekuatan kata dalam membangun hubungan antar manusia salah satunya dengan karyanya tentang biografi Jalaludin Rumi.
Pesona kata juga yang telah membawa Schimmel melanglang berbagai kawasan masyarakat muslim. Masyarakat yang menurutnya disebut masyarakat yang lebih tertarik pada kata dan bahasa, berbeda dengan rekannya di Barat yang lebih terpikat pada musik. Selain itu ia pernah mencatat pengalaman seorang mahasisiwanya, satu di antara warga Negara Amerika yang di sandera Teheran saat terjadi revolusi Iran. Sang mahasisiwa menyadari peruahan sikap penyanderanya ketika ia melafalkan seuah syair Persia. Kata-kata dalam syair itu telah menjadi sebuah jembatan, mengahapuskan ideologis yang begitu dalam. Persis seperti yang dikatakan Herder, bahwa dari puisi kita mendapatkan pemahaman tentang sebuah zaman atau suatu bangsa secara mendalam, lebih ketimbang yang kita dapatkan dari sejarah politik dan militer.
Hanya semangat dan kecintaannya terhadap kata-kata yang baik yang dapat kita lestarikan. Karena kata-kata yang baik pada era saat ini tak lebih dari kata-kat yangmemisahkan suatu hubungan ketimbang meyatukan suatu hubungan. Sering memutuskan ketimbang menghubungkan. Banyak yang terjadi hanya karena salah perkataan. Setiap orang mempunyai hak untuk berkata atau mengeluarkan pendapat tapi yang terjadi sekarang mereka malah saling perang mulut yang tiada hentinya dilakuakan. Dan itu tak ada gunanya bagi kita yang ada hanya membuat kita jauh dari orang yangmemiliki pendapat yang berbeda. Pepatah lama bilang sekalilancung seumur hidup tidak akan di percayalagi. Mungkin itu jug yang menyebabkan Schimmel membuat karya bernada puisi. Agar si pembaca paham dan meresapi apa yang ingin ia sampaikan. Dan seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa dengan kata yang baik maka siapa yang membaca atau mendengarnya pasti akan mempunyai pemahaman yang lebih baik..

2 komentar:

  1. artikel nya sangat menarik kak :)

    ditunggu kunjungannya kak
    http://astiwisafitrii.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. subhanalloh....artikelnya
    cinta yang hakiki itu sangatlah berat untuk diraihnya
    samsul D/VI/BSI

    BalasHapus