Sabtu, 01 Maret 2014

BEBERAPA ASPEK DALAM NOVEL “ SAMIRA AND SAMIR” KARYA SIBA SHAKIB





Sekilas Biografi Siba Shakib
Siba Shakib lahir di Teheran Iran. Dan bersekolah di Jerman University of Heidelberg. Penulis dan Fabricator dari dokumenter dan film, telah melakukan perjalanan ke Afghanistan beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, mengunjungi utara dan wilayah dikendalikan oleh Taliban . Beberapa film dokumenter-nya telah memenangkan penghargaan, termasuk menjadi saksi kengerian hidup di Afghanistan dan nasib wanita Afghanistan. Dia tinggal di New York , yang ' Italia dan Dubai .
Sebelum menulis novel pertamanya, Siba Shakib adalah seorang wartawan musik dan presenter radio. Bekerja sama dengan artis pendatang baru tetapi juga dengan musik besar, antara lain diwawancarai untuk televisi Miles Davis , Tina Turner dan Mick Jagger . Selama wawancara dan pembicaraan telah menawarkan pertimbangan politik sering dengan sukses besar di antara penonton remaja.. Tahun-tahun berikutnya, mulai memproduksi film dan dokumenter yang bersaksi dengan situasi ekonomi dan sosial yang membutuhkan di berbagai belahan dunia.

Sejak awal tahun sembilan puluhan Siba Shakib telah bekerja terutama di dua negara yaitu ' Iran , di mana ia dilahirkan dan dibesarkan dan ' Afghanistan .Sebuah Bunga untuk Wanita Kabul - Sebuah Bunga untuk Wanita Kabul - menerima di Jerman pada tahun 1998, untuk menandai peringatan 50 dari Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia PBB , penghargaan untuk film Hak Asasi Manusia. Shakib sering menggunakan dana dari film dan buku-bukunya untuk membantu dalam membangun pusat perempuan di Kabul .
Siba Shakib berada di New York, menyelesaikan novel pertamanya, "Afghanistan, Dimana Tuhan Hanya Datang ke Menangislah" (Afghanistan, di mana Tuhan hanya datang untuk menangis), terjadi ketika 11 September serangan teroris pada World Trade Center  Selama seminggu, membantu dengan mendukung staf televisi ARD Jerman dalam penghitungan ulang dan merekonstruksi peristiwa. All'inizio del 2002 , Pada awal 2002 , Menteri Pertahanan Jerman menerima intuisi dan pengetahuan Afghanistan Siba Shakib mencari ide-ide dan kolaborasi sebagai konsultan bagi pasukan mereka penjaga perdamaian, ISAF di Afganistan. Kemudian bisnisnya berkembang di dukungan dan konseling pasukan NATO selama perang.
           
 
Sinopsis Karya
Namanya Samir. Sesungguhnya ia perempuan. Namun menjadi anak pertama kepala suku, yang justru mengharapkan sosok anak laki-laki, namanya Samira berubah menjadi Samir. Tak satupun orang sukunya tau fakta bahwa anak sang kepala suku sebenarnya perempuan. Ayah Samir pun mendandaninya sebagaimana lelaki. Mengajarinya sebagaimana mengajari lelaki suku. Samir pun mengira ia Samir. Sama dengan anak lelaki lain. Ia Samir. Bukan Samira.
Hingga di usia 7 tahun, ia bermain dengan anak-anak lelaki lain di sukunya di tepi sungai. Kemudian teman-temannya kencing di sana. Saat itulah ia melihat sesuatu yang tak sama. Yang dimiliki temannya, tapi tak dimilikinya. Dan ia sadar, ia berbeda. Ia bukan Samir yang selama ini ia pikirkan. Namun demi ayahnya, ia meneruskan perannya sebagai lelaki. Samir pun tumbuh menjadi sosok lelaki berwajah cantik.
Di usianya yang menginjak belasan, ayahnya memimpin sukunya berperang. Yang membawa ayahnya kembali dalam keadaan tak bernyawa. Terpaksa menyaksikan ibunya (maaf) diperkosa oleh pengkhianat sukunya, Samir pun menjadi bisu. Ia tak bicara. Tak ingin bicara.
Hingga suatu saat ia meninggalkan sukunya. Berkelana. Sebagai Samir. Dengan modal ajaran ayahnya yang mengharapkannya menjadi penerus suku pejuang pemberani. Mampu memanah. Berkuda. Menggunakan pedang. Menjadi lelaki. Yang mengagumi burung besi di cakrawala Nowshak.
Ia bertemu dengan seorang guru, yang mengajarinya membaca dan menulis. Samir. Menulis. Awalnya ia hanya mampu menusukkan pensilnya di kertas. Dipikirnya sebagaimana mengukir pisau di atas pohon.Dan perkenalannya dengan Bashir. Pemuda yang kelak akan membuatnya kalut dalam pilihan menjadi pasangan hidup Bashir, menjadi Samira. Yang artinya mengkhianati keluarganya. Atau mempertahankan eksistensinya sebagai Samir. Tetapi kehilangan Bashir.
Buku ini benar-benar mampu menangkap kompleks-nya hidup Samir dalam waktu yang singkat. Bukan sebuah buku yang tebal. Namun mengesankan. Bagaimana saya yang saat itu tak sampai usia 13 tahun terlarut dalam kompleksnya hidup Samir. Turut tersenyum, bersedih, menangis. Hingga mengaduk-ngaduk mencari novelnya di tumpukan buku Toga Mas Jogja. Ah, Samira..
Sebuah episode yang terkenang betul di benak saya. Ketika Samir terpaksa bernaung di sebuah desa. Sebagai Samir. Membalas jasa. Anak perempuan si kepala desa jatuh hati padanya. Ingin menikah dengannya. Maka disusunlah sebuah rencana penghilangan Samir di malam pertama pernikahannya. Unik. Menegangkan. Tidak terpikirkan.
 


Unsur-Unsur Intrinsik dalam Novel Samira and Samira
Budaya dalam Novel Samira and Samir
Untuk memahami unsur-unsur intrinsik dan latar belakang belakang seperti  sosial, budaya, ekonomi dan peradaban yang ada dalam karya sastra yang berjudul Samira and Samir. Pada novel ini kita bisa melihat bagaimana kondisi dan situasi yang terjadi pada saat itu. Karena penulisnya sendiri tidak hanya sekedar menulis tanpa mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi dan yang ada di Negara tersebut. Tetapi juga penulis sebelumnya telah mengetahui bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi pada masa itu.
Dalam novel tersebut penulis ingin menyampaikan sesuatu yang dia lihat dan dia rasakan ketika dia mengunjungi daerah afganistan.Novel yang berjudul Samira and Samir ini mengisahkan seorang anak perempuan yang terlahir dalam keluarga seorang Komandan perang, yang dimana pada saat itu amat sangat menjungjung tinggi nilai seorang laki-laki,Karena seorang laki-laki dianggap bisa meneruskan perjuangan ayah dan keluarganya, akan tetapi jika mendapatkan seorang anak perempuan bagi kebanyakan orang arab pada saat itu adalah sebuah aib yang sangat besar yang harus ditutupi. Karena Sang ayah merasa kecewa. Sang ayah pun memutuskan untuk mendidik anaknya yang bernama Samira sebagai lelaki. Dan tumbuhlah Samira sebagai Samir. 
Pada kenyataannya pun itu adalah  Sebuah peradaban yang belum bisa dirubah mungkin sampai saat ini. Karena bagi kebanyakan orang arab seorang wanita yang melahirkan seorang anak perempuan itu telah memberikan aib kepada keluarganya sendiri. Karena menurut mereka orang-orang Arab wanita  itu diciptakan hanya untuk menjadi seorang pelayan laki-laki. Tergambarkan dalam novel ini dimana Ibu dari Samira yang hidupnya hanya mengurusi rumah, membuat makanan untuk anak dan suaminya, dan tidak melakukan aktifitas yang lain.

Sejarah dan Ekonomi dalam Novel Samira and Samir
Dalam novel ini kesalahan identitas yang menjadikan hidup Samira kian rumit. Kerumitan itu bertambah ketika Samira menginjak remaja dan kemudian dewasa dan mengenal perasaan cinta. Samira dihadapkan pada dua pilihan yang menyakitkan. Samira ingin hidup sebagai seorang istri lelaki yang bernama Bashir, namun dia harus rela mengkhianati keluarganya, dengan mengungkapkan identitas aslinya sebagai seorang perempuan, dan dengan demikian dia telah mengorbankan kebebasannya sebagai seorang lelaki.
Adapun faktor sejarah yang melatarbelakangi kenapa seorang suami atau seorang ayah menginginkan seorang anak laki-laki, karena pada saat itu orang arab masih sangat menyukai peperangan, yang dimana peperangan itu banyak menelan korban jiwa, dan itu sebabnya kenapa banyak kaum laki-laki yang menginginkan seorang anak laki-laki untuk meneruskan estafeta perjuangan ayahnya.  Meski cerita itu amat sangat klasik tapi kita pasti masih tahu, bahwa pada zaman Rasulullah pun, Seorang khalifah Umar bin khatab pernah  membunuh anak perempuannya hidup-hidup karena seolah-olah aib dan sebuah malapetaka mendapatkan seorang anak perempuan, sehingga itulah yang dilakukan oleh sebagian orang arab dan itu sudah menjadi sebuah tradisi orang-orang arab.
Dalam novel ini diceritakan sangat jelas bagaimana Samira hidup sebagai seorang anak perempuan yang dididik layaknya seorang anak laki-laki. Dimana dia belajar berkuda dengan ayahnya, belajar bagaimana dia melakukan permainan yang biasa dilakukan oleh seorang anak laki-laki yang bernama permainan Buskazhi. Hingga dia dewasa pun dia tetap merasa bahwa dirinya adalah seorang anak lelaki sejati.
Dalam novel ini juga menunjukkan bahwa pada saat itu sedang berada dalam peperangan melawan Taliban. Bukan karena Islam, tetapi menjadi sebuah kesenangan dan merampas harta kekayaan mereka. Meski sedikit orang-orang yang berjihad dan berperang demi nama Islam. Faktor yang membuat warga Islam merasa hebat karena bisa menguasai seluruh kawasan khususnya di Afghanistan. Banyak kejadian yang akhirnya mereka melakukan peperangan ini, salah satunya karena faktor ekonomi, politik  dan sosial. Karena perebutan kekuasan dan ingin memiliki wilayah yang luas juga sehingga mereka melakukan peperangan. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang rela mengorbankan segalanya demi peperangan ini.
Semasa kecilnya Samira pernah menjadi seorang perempuan bisu, karena dia merasa belum menjadi lelaki sejati, dia menangis meronta-ronta, menyapu tanah, merobek dinding tenda rumahnya. Merasa bahwa dia belum bisa seperti lelaki sejati yang pernah dia liat. Hari-hari Samira dilakukan dengan sangat penuh ketangguhan sebagai seorang laki-laki, dia belajar berkuda, belajar bagaimana menjadi seorang lelaki sejati seperti ayahnya. Seorang Komandan perang yang sudah banyak membunuh musuh-musuh perangnya. Karena pada saat itu masih berlangsungnya perang Taliban. 
            Samira melewati musim dingin dan musim panasnya untuk menjadi seorang lelaki sejati, menjadi putra perempuan yang tangguh untuk ayah dan Ibunya. Samira mulai mahir berkuda, mulai mahir melakukan permainan seorang laki-laki yaitu Buskazi. Ibunya sudah tidak ingin melihat Samira terus-terusan melakukan permainan laki-laki, tetapi ayahnya menginginkan Samira melakukan hal itu. Samira si bisu tetap dan selalu menurut perintah ayahnya. Mungkin karena Samira si bisu pun mulai merasakan nyaman melakukan permainan laki-laki.
Ketika Samira dewasa dia masih tetap bisu, dan mulai banyak orang yang meragukan kelaki-lakian Samira. Dan menganggap bahwa Samira bukanlah seorang lelaki sejati. Hingga Akhirnya permainan Buskazi pun tiba, dan Samira mengikuti permainan itu dan menunjukkan keahliannya membawa sang kuda berlari mengiringi dan mengikuti titah sang Samira tuannya. Orang yang mengejek Samira pun merasa tidak terima atas kemenangan Samira menaklukan kudanya untuk menunjukkan pada mereka bahwa Samira putra perempuan pak Komandan adalah seorang laki-laki sejati. Kemudian anak dari Olfat yang tidak menyukai Samira pun memukul samira hingga darah menetes dipelupuk mata Samira, akan tetapi Samira dan membalas dan tidak merasakan kesakitan.
Hingga akhirnya Samira semakin menjadi putra perempuan pak Komandan yang sudah sangat Dewasa. Dan ketika itu Samira mendengar kabar dari ibunya sendiri bahwa ayahnya meninggal terbunuh, Ibunya amat sangat terpukul atas kematian Suaminya. Ibunya Samira yang bernama Daria, menagis tersedu-sedu menginginkan suami hidup menemani dia lagi, Daria merasa belum bisa menyenangkan hati suaminya. Samira ingin menangis melakukan hal yang sama seperti ibunya, akan tetapi Samira merasa bahwa dirinya tidak perlu melakukan hal seperti itu karena dia sudah merasa seperti lelaki sejati. Yang kini harus menggantikan posisi ayahnya untuk menjaga Ibunya.
Daria masih merasakan kepiluan dan kesedihan yang mendalam ditinggal meninggal oleh suami tercintanya. Akan tetapi putra perempuannya selalu memberikan semangat kepada ibunya. Daria ibu Samira pun memutuskan untuk hijrah kerumah ayahnya, kakeh samira. Dan mulailah kehidupan Samira pun berlanjut ketika dia bertemu dengan Bashir. Karena pertemuannya dengan Bashir telah menimbulkan benih-benih asmara dalam hati Samira. Akan tetapi Samira tidak ingin identitasnya sebagai seorang perempuan diketahui oleh basher, karena itu akan membuat samira kehilangan kebebasannya menjadi seorang perempuan.
Samira menemukan banyak permasalah baru ketika dia meninggalkan kota dimana dia dilahirkan yaitu dikota Hindu-Kush, akan tetapi dia harus meninggalkan kota itu untuk menemukan kehidupan yang layak. Terlihat bagaimana perjuangan seorang perempuan untuk memepertahankan kehidupannya di kota yang belum pernah dia jumpai sebelumnya. Samira merasa bahwa hidupnya sudah menjadi seorang lelaki sejati, yang bisa menjaga ibunya dan dirinya sendiri. Meski dia sudah merasakan kecintaan terhadap lawan jenisnya sendiri, akan tetapi sifat maskulinnya yang membuat bahwa dirinya menginginkan menjadi seorang Samir saja.
 Hingga pada akhirnya, Bashir pun mengetahui bahwa Samira adalah seorang perempuan dan Bashir pun menginginkan Samira menjadi istrinya, yang bisa melahirkan seorang anak laki-laki dari rahimnya. Akan tetapi Samira tidak menolak, hanya memberikan jawaban bijaksana dari seorang putra perempuan pak Komandan yang kini telah menjadi perempuan yang tangguh. Samira hanya menjawab. Kita telah berburu bersama, kita juga telah menangkap ikan, kita tidak akan pernah melakukan hal ini jika kita tidak berteman lagi, jika aku jadi istrimu dank au jadi suamiku. Hati mereka tercabik-cabik seperti kertas, berubah menjadi serpihan-serpihan kecil. Akan Samira tidak menelan airmatanya, Bashir pun tidak menelan airmatanya. Samira memendam seribu pertanyaan, namun tak ada satupun jawaban. Hingga Samira tetap membisu. Samira pun melompat keatas punggung kuda jantan ayahnya, memacunya meninggal Hindu-Kush dan Bashir, Samira tidak menelan airmatanya. Ia menangis. Menangis Hingga tangisnya berubah menajdi tawa. Sebuah tawa yang tidak segera menghilang. Ini adalah tawa seorang wanita. Wanita sejati. Ini adalah tawa seorang Samira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar