Jumat, 23 September 2011

Ibn 'Atha' Illah


Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad Ibn Muhammad ibn ‘Atha’illah al-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648H/1250M, dan meninggal di Kairo pada 1309M. Ia hidup pada masa Dinasti Mamluk. Sekalipun lahir di Inkandariah, namun ia banyak menghabiskan waktunya di Kairo, terutama untuk mengajar Fiqh Madzhab Maliki dan Sufisme Tarekat Syadziliyah antara lain di Mesjid al-Azhar. Sebagian orang tetap member nisbah (julukan) al-Iskandari atau al-Sakandari merujuk kota kelahirannya.
Sejak kecil, Ibn ‘Atha’illah dikenal sebagai anak yang cerdas dan gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu al-Abbas Ahmad ibn ‘Ali al-Anshari al-Mursi, murid dari Abu al-Hasan al-Syadzili, pendiri tarekat al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarekat al-Syadzili.
Ibn ‘Athaillah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul al-fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab al-Hikam. Buku ini disebut-sebut sebagai magnum opusnya. Kitab itu sudah beberapa kali disyarah, antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim ibn Ibad al- Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibn Ajiba.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis oleh Ibn ‘Atha’illah adalah Al-Tanwir fi Isqath al-Tadbir, ‘Unwan at-Taufiq fi’dab al-Thariq, miftah al-Falah dan al-Qaul al-Mujarrad fil al-Ism al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syaikhul Islam ibn Taimiyyah mengenai persoalan tauhid. Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibn Taimiyyah adalah sosok ulama yang banyak mengkritik “beberapa praktek sufisme yang cenderung mengabaikan syari’at.” Ibn Taimiyyah sendiri tidak anti-sufi, karena ia memiliki konsep “sufismenya sendiri”. Ibn ‘Athaillah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.
Ibn ‘Athaillah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat. Ia dikenal sebagai master atau syaikh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah yang pendirinya Abu al Hasan al-Syadzili dan penerusnya, Abu al-Abbas al-Mursi. Ibn ‘Athillah inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah tarikat syadziliah tetap terpelihara.
Meski ia tokoh kunci di sebuah tarikat, bukan berarti aktifitas dan pengaruh intelektualismenya hanya terbatas di tarekat saja. Buku-buku ibn Athaillah dibaca luas oleh kaum muslimin dari berbagai kelompok, bersifat lintas mazhab dan tarikat, terutama kitab al-Hikam yang melegenda ini. Hingga kini, kitab al-Hikam masih merupakan kitab utama yang diajarkan di pesantren-pesantren di Nusantara.

Al-Hikam Sebagai Magnum Opus Ibn ‘Atha’Illah
Syekh ‘Attha’illah mewariskan beberapa karya. Kitab al-Hikam adalah kitab yang meski sangat populer namun menurut menurut keterangan Syekh Zarruq, kitab ini tidak ditulis sendiri oleh Syekh Ibn Athaillah, namun didiktekan kepada muridnya yang bernama Syekh Taqiy al-Din al-Subki, seorang ahli fiqh dan kalam yang terkenal akan ketelitian dan kejujurannya.  Kitab karyanya yang lain adalah Miftah al-Falah wa Mishbah al-Arwah, yang berisi penjelasan tentang metode zikir. Di dalamnya beliau memaparkan beberapa jenis zikir dan Asma Allah yang cocok untuk berbagai kondisi murid. Kitab At-Tanwir fi Isqath at-Tadbir merupakan penjelasan ajaran Tarekat Syadiziliyyah tentang berbagai bentuk kebajikan, seperti ikhlas, harapan, cinta, dan sebagainya. Lathaif al-Minan merupakan kitab yang menjelaskan biografi dua tokoh Tarekat Syadziliyyah dan ajaran-ajarannya, yakni biografi Syekh Abu Hasan al-Syadzili dan Syekh Abu Abbas al-Mursi. Di dalamnya juga dipaparkan keterangan tentang Wali Allah dan beberapa amalan utama (zikir, hizb dan doa) dua Wali Allah tersebut.  Kitab Al-Qash al-Mujarrad fi Ma’rifat al-Ism al-Mufrad, yang menyajikan pembahasan ringkas Asma al-Husna, dengan pemaparan teori metafisika Asma al-Husna. Kitab Taj al-Arus al-Hawi li Tahdzib an-Nufus, berisi kutipan-kutipan dari al-Hikam, at-Tanwir dan Lathaif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar