Malik bin Dinar Rohimahullah
dikenal sebagai salah seorang imam generasi tabi’in, dan termasuk ulama Basrah. Ia merupakan keturunan dari Budak Persia, dari daerah Sijistan (Kabul). Dia wafat pada tahun 130 H (784 M). Ia dikenal pula sebagai salah seorang murid dari Hasan al-Bahsri (w. 110 H).
Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya
Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni sorga dan penghuni neraka,
maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk
penghuni sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.” Malik bin
Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas.
Kisah Pertaubatan Malik bin Dinar
Malik bin Dinar Rohimahullah
bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid
berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu!
Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang
melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu
senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu:
“Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan
mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya
kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu depa.
Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari
kecil.” Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan
rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha
Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.
Pada kesempatan lain, Malik bin Dinar
menuturkan kisah pertaubatannya sebagai berikut:
Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan,
mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia,
memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu
maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia
tidak menghargaiku karena kebejatanku.
Malik bin Dinar Rohimahullah
menuturkan:
Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan
dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang
kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali dia bertambah besar,
bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam
hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka
diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah
mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah Subhanahu
wa Ta’ala -lah yang membuatnya melakukan hal tersebut. Setiap kali dia
bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Setiap kali
aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selangkah, maka
setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia
Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal.
Maka akupun berubah menjadi orang yang
lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri
seorang mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku
menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang
suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan
dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad
untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka
aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi.
Di alam mimpi tersebut aku melihat hari
kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun
telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan
berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang
penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku
melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat
ketakutan. Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap
al-Jabbar!”
Kemudian hilanglah seluruh manusia dari
sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku
melihat seekor ulat besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan
membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati
seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari
ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi
larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari kearah yang
ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku
mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari
seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan
cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang
lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan
menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata:
“Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan
tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari menuju gunung tersebut
sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut
terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak:
“Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”
Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia
adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang
meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut.
Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan
kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di
pangkuanku sebagaimana dulu di dunia. Dia berkata kepadaku: “Wahai ayah, “belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid:16) Maka kukatakan: “Wahai putriku,
beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”
Dia berkata: “Itu adalah amal
keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir
memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan
menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah
amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu
dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja
engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil,
tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.”
Dia Rohimahullah berkata: Akupun
terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai
Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat
subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Dia Rohimahullah berkata: Akupun
masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama: “Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16) (Mizanul I’tidal,
III/426).
Sumber: Qiblati edisi 06 tahun II –
Maret 2007 M /Shafar 1428 H
Kisah
Sholat Tahajjud Malik bin Dinar
Mughiroh bin Habib berkata, “Aku pernah
memperhatikan Malik bin Dinar. Ia berwudlu setelah isya’, kemudian bangkit
menuju mighrobnya dengan memegang jenggotnya, sambil tersedu-sedu seraya berdo’a:,
“Ya Alloh, haramkan jenggot Malik ini
atas neraka.
Ya Alloh Engkau mengetahui siapa
penghuni surga dan neraka,
lalu Malik termasuk yang mana?
Mana diantara dua tempat itu yang
dihuni oleh Malik?,
Malik terus mengatakan seperti itu
hingga terbit fajar. Malik bin Dinar pernah berkata, “Aku terjaga pada malam
hari untuk melakukan wirid / amalan rutin (Sholat Malam) sebagaimana biasanya.
Tiba-tiba aku tertidur dan bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik yang
membawa secari kertas. Dia bertanya kepadaku, “ Apakah kamu bias membaca?” Ya,
jawabku. Ia pun menodorkan secarik kertas itu kepadaku, dan ternyata tertulis
bait-bait syair seperti berikut ini :
Apakah kelazatan dan angan-angan
membuatmu lalai
dari bidadari berkulit putih nanlembut
di surga.
Disana, engkau hidup kekal dan pernah
mati.
Engkau di surga ada gadis-gadis cantik
jelita.
Bangunlah dari tidurmu karena ada yang
lebih baik dari pada tidur,
yaitu tahajjud dengan membaca
Al-Qur’an.
(Ihya Ulumuddin (II/247).
Pada kesempatan lain, Malik
bin Dinar melantunkan bait-bait syairnya sebagai berikut:
Ma'rifat kepada Allah yang
Maha Agung
adalah derajat yg tinggi yg
penuh cahaya dan keriangan
Orang yg ma'rifat kepada
Allah menemukan keindahan sejati,
dan cinta kasihnya kepada
Allah bagi cahaya yang menerangi
betapa damai dan sentosanya
hati orang yang ma'rifat kepada Allah
Demi Allah, dia dlm
kebahagiaan yang tanpa henti.
hidup yang nikmat adalah
bagi orang-orang yang memiliki penglihatan sejati
Tiada yang mampu menguak rahasia
ayat ayat Allah
kecuali orang yang berhasil
mensucikan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar