Hikayat 1001 Malam yang merupakan
sumbangsih peradaban Islam, kini telah menjadi cerita rakyat seluruh dunia.
Sastra epik Arab di zaman kekhalifahan itu telah memberi pengaruh yang besar
dalam peradaban manusia terutama dalam bidang kebudayaan. ’Buku ibu’ sastra
tradisional Arab. Begitulah para sastrawan dunia menjuluki kitab alf layla
wa-layla (hikayat 1001 Malam). Karya sastra epik Arab terbaik yang amat
fenomenal itu merupakan buah karya para sastrawan Muslim di era keemasan. Meski
telah berusia 12 abad, hikayat 1001 Malam masih memiliki pengaruh yang besar terhadap
budaya Arab maupun non-Arab.
Karya sastra epik yang melegenda itu
merupakan salah satu bukti kontribusi para sastrawan Muslim di zaman
kekhalifahan bagi jagad sastra dunia. Hikayat 1001 Malam yang begitu fenomenal
tak pernah mati digilas zaman. Cerita rakyat yang sangat fenomenal itu selalu
diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya dalam
peradaban manusia. Sejatinya hikayat 1001 Malam merupakan kumpulan cerita
berbingkai yang sambung-menyambung dan menampilkan beragam tokoh yang
berbeda-beda. Cerita rakyat yang berkisah tentang berbagai legenda, dongeng,
fabel, dan roman dengan beragam latar yang berbeda seperti Baghdad, Basrah,
Kairo, Damaskus, Cina, Yunani, India, Afrika Utara dan Turki itu muncul pada
abad ke-9 M. Ketika itu, Baghdad ibu kota Dinasti Abbasiyah telah menjelma
sebagai metropolis intelektual dunia. Selain dikenal sebagai kota ilmu
pengetahuan dan peradaban, di era kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M
- 803 M) Baghdad pun menjadi kota perdagangan yang sangat penting di dunia.
Kota itu menjadi tempat persinggahan
para saudagar dari berbagai belahan dunia, seperti India, Cina, Afrika serta
Eropa. Konon, pada era itulah cikal-bakal hikayat 1001 Malam mulai dirajut.
Terdapat beragam versi tentang asalmuasal lahirnya karya sastra epik Arab yang
termasyhur itu. NJ Dawood dan William Harvey dalam bukunya berjudul Tales
from the Thousand and One Nights mengungkapkan, hikayat 1001 Malam
merupakan satra epik yang berasal dari tiga rumpun kebudayaan dunia, yakni
India, Persia, dan Arab. ‘’Masterpieces seni cerita bertutur itu berasal dari
sebuah buku dari Persia yang hilang berjudul Hazar Afsanah (Seribu
Legenda),’‘ papar Dawood dan Harvey.
Menurut keduanya, buku cerita dari
Persia itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 850 M. Hazar
Afsanah, imbuh keduanya, berisi tentang cerita rakyat India dan Persia.
‘’Para pendongeng Muslim yang profesional membumbui dan mengadopsi cerita itu
dengan warna lokal Arab.’‘ Versi lainnya menyebutkan, hikayat 1001 Malam
sebagai kumpulan ceritera rakyat Arab. Adalah Abu Abdullah bin Abdus
Al-Jasyayari seorang pengarang Muslim terkemuka yang merangkai dan dan menulis
kisah yang legendaris itu. Kitab Alf layla wa-layla yang ditulis
Al-Jasyayari ide ceritanya berasal dari Hazar Afsanah yang
diterjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Pendapat lainnya menuturkan, dongeng
1001 Malam yang dikenal dalam bahasa Persia berjudul Hezar-o yeksab itu
merupakan sebuah kumpulan cerita yang disusun selama berabad-abad oleh begitu
banyak pengarang, penerjemah, dan sarjana. Cerita rakyat yang mulai lahir
antara abad ke-8 M hingga 9 M itu berawal dan berakar dari cerita rakyat Arab
dan Yaman Kuno, India Kuno, Asia Kecil Kuno, Persia Kuno, Mesir Kuno, Suriah
Kuno, dan era kekhalifahan Islam. Cerita rakyat India mewarnai dongeng 1001
Malam melalui fabel Sansekerta kuno. Sedangkan, cerita rakyat Baghdad hadir
dalam hikayat yang populer itu melalui Kekhalifahan Abbasiyah.
Sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abu
Nuwas - penyair terkemuka di era kekuasaan Abbasiyah muncul dalam cerita rakyat
yang begitu melegenda itu. Kumpulan cerita rakyat itu mengangkat kisah tentang
seorang ratu Sassanid bernama Scheherazade. Dalam dongeng 1001 Malam itu, sang
Ratu menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada suaminya, Raja
Shahryar. Cerita demi cerita yang dikisahkan sang ratu pada raja merupakan
upaya cerdik yang dilakukannya untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Malam
demi malam, Ratu Scheherazade bercerita pada sang raja. Scheherezade mengakhiri
kisahnya dengan akhir yang menegangkan dan menggantung. Sehingga, sang raja
dibuat tertarik dan penasaran untuk mendengar kelanjutan kisah dari sang ratu.
Setiap kisah yang diceritakan ratu mampu membetot perhatian raja. Sang raja pun
selalu menangguhkan perintah hukuman mati bagi Scheherazade.
Hikayat 1001 Malam mengandung beragam
cerita seperti, kisah percintaan, tragedi, komedi, syair, ejekan, serta beragam
bentuk erotika. Sejumlah kisah yang termuat dalam 1001 Malam juga melukiskan
tentang jin, tukang sihir, tempat-tempat legendaris yang sering kali
menampilkan tempat dan orangorang yang sesungguhnya. Khalifah Harun Ar-Rasyid,
Abu Nuwas dan Wazir (perdana menteri) Ja’far Al-Barmaki juga menjadi tokoh
cerita. Popularitas Hikayat 1001 Malam semakin mengkilap lantaran diramaikan
dengan kisah-kisah lainnya yang menarik seperti, Aladdin dan Lampu Wasiat, Ali
Baba, Sinbad si Pelaut, serta 40 Pencuri.
Namun, kisah-kisah yang justru cerita
rakyat Timur Tengah yang asli itu tak muncul dalam kitab alf layla wa-layla
versi Arab. Kisah-kisah yang menarik itu justru baru muncul dalam The
Arabian Nights yang diterjemahkan seorang sarjana Prancis bernama Jean
Antonie Galland. Galland mengaku menulis kisah- kisah yang banyak diangkat ke
dalam film di berbagai negara itu setelah mendengarnya dari seorang penutur
cerita asal Aleppo, Suriah bernama Hanna Diab. Hikayat 1001 Malam yang
merupakan sumbangsih peradaban Islam, kini telah menjadi cerita rakyat seluruh
dunia. Sastra epik Arab di zaman kekhalifahan itu telah memberi pengaruh yang
besar dalam peradaban manusia terutama dalam bidang kebudayaan.
Dengan sederet kisah yang memikat,
hikayat 1001 Malam telah memberi warna dalam bidang sastra, film, musik dan
permainan di berbagai belahan dunia. Itulah yang membuat dongeng 1001 Malam tak
lekang digerus zaman. Selalu menemani perjalanan setiap generasi umat Manusia.
Dari versi Prancis hingga Portugis
Dari versi Prancis hingga Portugis
Sejatinya, Jean Antonie Galland adalah
seorang kolektor yang gemar berburu benda-benda antik. Perburuan barang antik
yang dilakukan sarjana berkebangsaan Prancis itu telah mengantarnya pada sebuah
naskah kumpulan dongeng Arab yang menakjubkan. Kumpulan dongeng yang dalam
bahasa Arab berjudul kitab alf layla wa-layla itu mampu memikat Galland.
Sang kolektor benda antik itu begitu yakin naskah kumpulan dongeng Arab yang
ditemukannya begitu bernilai. Ia lalu menerjemahkan kitab dongeng 1001 Malam
yang dtemukannya itu ke dalam bahasa Prancis yang bertajuk Les Mille et une
nuits, contes Arabes traduits en francais (Seribu satu malam cerita
Arab, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis).
Dongeng itu diterjemahkan ke dalam 12
jilid. Galland menerbitkan jilid pertama kisah 1001 Malam itu pada tahun 1704.
Sedangkan, dua jilid terakhir diterbitkan pada tahun 1717. Dalam buku dongeng
1001 malam yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Prancis itu, Galland memuat
dongeng-dongeng Arab lainnya seperti, Aladin Lampu Ajaib, Ali Baba, 40 Pencuri
serta Sinbad si Pelaut. Dongeng itu tak tertulis dalam kitab 1001 Malam asli
versi Arab.
Galland memuat cerita rakyat Timur
Tengah itu dari seorang tukang dongeng dari Allepo, Suriah. Sejarah sastra
mencatat, Galland sebagai orang pertama yang memperkenalkan dongeng 1001 Malam
kepada masyarakat Eropa. Kisah yang memikat itu pun mendapat sambutan hangat
dari masyarakat Eropa. Berkat alihbahasa yang dilakukannya, nama Galland pun
berkibar di daratan Eropa.
Kisah 1001 Malam versi bahasa Inggris
pun lalu muncul pada tahun 1885. Adalah penerjemah terkemuka bernama Sir
Richard Francis Burton yang melakukan alih bahasa kitab alf layla wa-layla ke
dalam bahasa Inggris berjudul The Book of the Thousand Nights and a Night.
Pada tahun itu dia menerbitkan 10 volume dongeng 1001 Malam. Kemudian, pada
tahun 1886 dan 1888 Burton kembali menerbitkan enam volume tambahan dongeng
itu.
Hikayat 1001 Malam versi bahasa terbaru
diterjemahkan Powys Mathers. Versi teranyar itu didasarkan atas manuskrip
Suriah abad ke-14 M yang terdapat di Bibliothäque Nationale. Pada tahun 2005,
seorang sarjana Brasil Mamede Mustafa Jarouche mulai menerbitkan Hikayat 1001
Malam dalam bahasa Portugis. Baru-baru ini, hikayat 1001 Malam juga telah
terbit dalam bahasa Indonesia.
Mereka yang Terpengaruh Hikayat 1001 Malam
Hikayat 1001 Malam telah mampu menyihir
para sastrawan barat di era modern. Mereka yang ‘kesihir’ kehebatan kitab alf
layla wa- layla itu antara lain:
GOETHE
Dia memiliki hubungan emosional yang
erat dengan cerita rakyat asal Timut Tengah ini. Menurut Katharina Momsen, 1001
Malam mempunyai pengaruh kuat dalam karya-karya Goethe. Ia mulai tertarik
dengan cerita-cerita itu sejak belia. Dalam beberapa puisinya, Goethe banyak
menyebut ‘Syahrazaad’ (tokoh dalam Seribu Satu Malam). Salah satu novel
terkenalnya Wilhelm Meisters Wanderjahre (Tahun-tahun pengembaraan di
Wilhelm Meisters), menggunakan pola penceritaan Syahrazaad dalam 1001 Malam.
Goethe tak hanya terpengaruh dengan pola penulisan yang disajikan dongeng
rakyat Timur Tengah itu. Goethe juga kerap meminjam tema, judul cerita dan
penokohan dari Seribu Satu Malam. ?
EDGAR ALLAN POE
Dia menulis cerita 1002 Malam.
Cerita itu sangat terpengaruh dengan Hikayat 1001 Malam yang sangat populer.
BILL WILLINGHAM
Dia adalah pencipta buku komik seri
fabel. Willingham menggunakan cerita 1001 Malam sebagai dasar cerita fabel yang
dibuatnya yang berjudul 1001 Nights of Snowfall.
ALFRED TENNYSON DAN WILLIAM WORDSWORTH’S
Dongeng 1001 Malam ternyata juga telah
memberi inspirasi terhadap syair dan puisi di Inggris. Puisi kedua penyair itu
sangat dipengaruhi dongeng 1001 Malam. Pengaruh cerita rakyat itu mempengaruhi
Alfred Tennyson dalam puisinya berjudul Recollections of the Arabian Nights
(1830). Sedangkan puisi karya William Wordsworth’s yang terinspirasi 1001 Malam
berjudul ‘The Prelude’ (1805).
REPUBLIKA - Selasa, 22 Juli 2008
Penulis : heri ruslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar