Masuknya Koloni-Koloni Muslim ke Sisilia
Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengan, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian. Pulau sisilia bergunung gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya. Pulau ini di bagi menjadi tiga bagian : Val di Mazara di sebelah barat, Val di Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut. Islam hanya menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas beragama kristen.
Sebelum dikuasai Islam, Penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium, kemudian dikuasai oleh kaum Muslimin. Usaha untuk menjadi wilayah Islam telah dimulai sejak Khalifah Usman bin Affan dengan mengirim gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 652 M. Pada waktu Muawiyah menjadi khalifah, ia juga menyerang pulau Sisilia pada tahun 667 M. Pada zaman Abd Malik dan Al-Walid bin Abd Malik juga dilakukan serangan. Gubernur Afrika Utara Musa bin Nuhair setelah berhasil menguasai Andalusia juga menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya Abdullah.
Pada tahun 830 M Asbagh bin Wakil seorang barbar Andalus, menundukkan Palermo dan sejak itu Palermo menjadi ibu kota pemerintahan Islam Sisilia, dengan wali pertamanya Abu Fihr Muhammad bin Abdullah. Penaklukkan terus dilanjutkan oleh Ibrahim bin Abdullah yang berhasil menguasai Pantellaria, Eulian, Tindano dan wilayah Val di Mazarra. Fadl bin Ja`far menguasai Messina, Rogusa dan Lentini. Pada tahun 902 M seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab yang setelah menghabiskan waktu dari tahun 827 – 902 M. Kemudian berdirilah pemerintahan di bawah tiga dinasti yaitu Bani Aghlab, Fathimiyah dan Kalbiyah
Koloni-koloni besar umat Islam mulai memasuki wilayah Sisilia, Italia Selatan, pada abad ke-9 dan kemudian mampu memegang kekuasaan politik di Sisilia selama kurang lebih 200 tahun. Ketika Islam datang penguasa Sisilia melawan dengan gigih dan pantang menyerah, berbeda ketika Islam datang ke Andalusia, penguasa Andalusia tidak sulit ditaklukkan dan memilih damai. Seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab dan sejak itu berdiri dinasti Bani Aghlab selama 6 tahun (903 – 909 M) dan Palermo sebagai ibu kota. Setelah itu, dinasti Fathimiyah menguasai wilayah ini selama setengah abad (909 - 965 M ) , dinasti Kalbiyah selama 80 tahun ( 965 - 1044 M ) dan dinasti Normandia.
Selama pemerintah kaum Muslim di Wilayah ini, mereka secara bahu membahu dengan penduduk lokal (Italia), mereka mampu membangun peradaban yang cukup signifikan bagi kemajuan peradaban wilayah ini selanjutnya. Koloni umat Islam utama, pada masa awal, berasal dari kabilah-kabilah Arab yang telah lama berimigrasi dari Jazirah Arab ke Afrika Utara. Oleh karena itu, pada masa Awal, peradaban yang dibangun dan dikembangkan di wilayah Sisilia dianggap mirip, bahkan dianggap sebagai anak dari, peradaban Arab-Afrika utara, yang pada saat yang sama sedang berada pada puncak kebesarannya.
Peradaban Islam pada masa dinasti Bani Aghlab dan Fathimiyah kurang berkembang pesat karena sering terjadi pemberontakan dan mulai berkembang pesat pada masa dinasti Kalbiyah. Namun demikian, di bidang pembangunan Fisik, Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, pemerintahan, dan bidang ilmu sudah maju diantaranya ilmu kalam, sastra, sejarah, fisika, geografi dan kedokteran dan ilmuwan yang terkenal adalah Al-Idrisi yang hidup pada masa dinasti Normandia.
Penguasa Sisilia
a. Dinasti Bani Aghlab (903–909M)
Dinasti Bani Aghlab yang berpusat di Tunisia mengangkat lima orang gubernur dengan gelar amir, wali atau shahib di Sisilia dengan ibu kota Palermo. Para gubernur mempunyai kekuasaan penuh dalam hal perang atau damai, pembagian harta rampasan, mencetak uang, menentukan pajak, mengangkat kadi, badan kota praja, pengaturan tentang tanah. Penduduk Sisilia saat itu berbagai ras dan agama; Islam, Kristen, Yahudi, Bangsa Sisilia, Yunani, Lombard, Arab, Barbar, Persia, Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas penduduk muslim adalah keturunan bangsa barbar, Sisilia dan Arab.
Ketika dikuasai dinasti Muslim itu, populasi penduduk Sicilia bertambah seiring datangnya imigran Muslim dari Afrika, Asia, Spanyol dan barbar. Di setiap kota di Sicila dilengkapi dengan sebuah dewan kota.Pada zaman ini mulai diperkenalkan reformasi agraria. Hal itu dilakukan agar tanah tak cuma dikuasai orang-orang kaya saja. Irigiasi juga mulai diperkenalkan, sehingga sektor pertanian berkembang pesat. Pada abad ke-10 M, Sicila menjadi provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah penduduk mencapai 300 ribu jiwa.
b. Dinasti Fathimiyah ( 909 - 965 M )
Pada tahun 909 M Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris salah satu gubernur daulah Fathimiyah yang berpusat di Mesir, menggulingkan Ahmad bin Husen gubernur Dinasti Aghlabid yang terakhir. Dalam masa transisi dari Aghlab ke Fatimiyah di Sisilia juga terjadi pergolakan namun pergolakan di sini bukan karena masalah politik tetapi masalah yang sifatnya agamis yaitu pertentangan antara Syiah dan Suni. Tetapi dalam jangka waktu yang tidak lama Fathimiyah bisa mengatasinya.
Gubernur-gubernur dinasti Fathimiyah di Sisilia antara lain Ziyadatullah bin Qurthub, Abu Musa al-Dayf , Salim Rasyid dan Khalil bin Ishaq. Di bawah para Gubernur ini dinasti Fatimiyah membangun peradaban Islam dengan berbagai kemajuan . Gubernur dinasti Fatimiyah yang terkuat adalah Hasan bin Ali al-Kalby keturunan arab suku kalb yang kemudian mendirikan dinasti Kalbiyah di Sisilia, namun ia tetap setia kepada Fathimiyah.
c. Dinasti Kalbiyah ( 965 - 1044 M )
Dinasti kalbiyah berkuasa selama 80 tahun. Hasan dapat menaklukkan daerah kristen di sebelah utara Sisilia, Tormina kemudian merubah nama kota itu menjadi Mu`izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Muiz. Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir Sicilia. Secara de facto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan Fatimiyah di Mesir. Lalu digantikan Emir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M - 982 M). Pada masa kedua emir itu berkuasa, Muslim Sicilia bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Pada 1061 M, Sicilia lepas dari tangan umat Islam.
d. Dinasti Normandia
Pada masa dinasti Normandia ini kekuasaan dinasti Islam telah berakhir namun kebudayaan Islam masih berkembang
1) Rogger I dan II ( 1091 - M)
Walaupun Rogger I dan II beragama kristen tetapi ia memperlakukan umat islam dengan baik. Bahkan Rogger II yang beragama kristen mendapat gelar Mu`taz Billah. Palermo tetap sebagai ibu Kota negara, pejabat negara dan tentara tetap menggunakan orang orang islam. Rogger I dan II masih mengagumi kehebatan kebudayaan dan Intelektual Islam , mahir bahasa Arab, memakai baju kebesaran raja raja Islam. Kehidupan istana menyerupai kehidupan raja raja Islam. Menggunakan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi. Mahkamah menyerupai Mahkamah Agung Bezantium tetapi upacara upacaranya menyerupai Mahkamah Arab. Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat pada zaman Normandia, karena Roger II sangat tertarik dengan matematika, administrasi dan ilmu Bumi.
Pada masa Penguasa Dinati Normandia di tangan William I dan II (beragama kristen) umat Islam diperlakukan dengan tidak baik, namun Wiliam mengagumi kehebatan kebudayaan dan Intelektual Islam. Palermo tetap sebagai ibu Kota negara, dan ia menggelari dirinya dengan al-Musta`iz Billah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra di Sisilia
Dekat Sisilia, di sebelah tenggara Naples, terdapat sebuah kota yang indah, damai, dan sejuk, yakni Palerno, yang diyakini memegang peranan penting dalam pengembangan peradaban Muslim di Sisilia ini. Wilayah Sisilia, dan khususnya kota Salermo, telah memiliki budaya dan peradaban tinggi, ketika masih di bawah kekuasaan Romawi. Hanya saja, friksi politik di kalangan penguasa Romawi membawa dampak pada penurunan aktivitas berilmu dan pengembangan budaya tinggi. Karenya, ketika umat Islam memegang kendali politik pemerintahan, aktivitas pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya kembali menggeliat dan bergairah.
Di Palermo dan Wilayah Sisilia lainnya, para imigran Arab, Afrika Utara, dan wilayah Timur lainnya, bercampur, bergaul, dan berasimilasi dengan para ilmuwan dari Eropa, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Para ilmuwan yang tinggal di Sisilia dan sekitarnya kembali menemukan suasana kondusif untuk pengembangan ilmu dan memiliki etos pencarian ilmu, eksperimen, dan diskusi. Hasilnya adalah wilayah ini mampu mencapai kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, di samping mencapai kejayaannya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Pada masa Dinasti Bani Aghlab, Peradaban Islam hanya menapaki perkembang yang lamban karena sering terjadi pemberontakan. Begitu pula dengan pemerintahan Dinasti Fathimiyah, Peradaban Islam juga kurang berkembang karena sering terjadi pemberontakan dan baru merintis kesejahteraan secara fisik.
Barulah pada masa pemerintahan Dinasti Kalbiyah, Peradaban Islam berkembang cukup pesat. Dinasti ini berkuasa selama 80 tahun.
1) Di bidang Fisik, Kota Palermo dihiasi dengan 150 tempat pemotongan hewan, 300 masjid, 7000 jamaah shalat jumat dan 300 sekolah guru.
2) Di bidang Pertanian sudah menggunakan sistem pengairan , bibit unggul didatangkan dari negara timur, dan sistem penanaman bibit meniru bangsa Arab.
3) Di bidang Perindustrian sudah mampu mengembangkan industri tambang emas, belerang, sulfur, tawas, industri perikanan, penenunan kain sutra.
4) Di bidang Perdagangan sudah maju dan saat itu masih dikuasai orang Arab dan pelabuhan Messina menjadi kota perdagangan. Dan sudah mengadakan kharaj dan jizyah .
5) Di bidang ilmu, perkembangan ilmu agama islam lebih menonjol dibanding dengan yang lain.
a) Ilmu Fiqih sudah membicarakan hukum positif
b) Para ahli hukum menyesuaikan penafsiran al-Qur`an sesuai dengan perkembangan zaman
c) Umat Islam tidak menjalankan hukum Romawi, Yunani dan Kristen
d) Al-Qur`an dan Hadits dijadikan sumber pokok hukum islam, dengan demikian ilmu bantupun berkembang seperti tafsir, ulumul hadits, bahasa arab, dan lain lain.
e) Di bidang Ilmu Kalam yang terkenal adalah Abdul Haq bin Muhammad dan bin Zafar ( yang mengkritik al-Juwaini).
f) Di bidang Sastra ada Ali Hamzah al-Basri ( pengagum al-Mutanabbi)
g) Di bidang Sejarah ada Abu Zaid al-Gumari dan bin Qotta
h) Di bidang Fisika muncul Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar Siqli.
i) Di bidang kedokteran yang terkenal adalah Abul Abbas Ahmad bin Abdul Salam
j) Di bidang Sosial dan Ekonomi mereka berhasil membangun irigasi dengan sistem Hydraulic yang didatangkan dari Persia dan sistem Siphon dari Roma.
k) Dengan irigasi yang baik maka perkebunan dan pertanian semakin maju. Sehingga tanaman kapas, rami di Giattini , berbagai macam jeruk di ekspor
Pada masa ini muncul intelektual muslim yang terkenal al-Idrisi. Al-Idris Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah Ibn Idris Ash-Sharif, Ia dilahirkan di Ceuta, Spanyol ( 1099-1166), dan belajar di Cordova. Orang barat mengakuinya sebagai seorang ahli geografi, yang telah membuat bola dunia dalam bentuk globe dari bahan perak seberat 400 kilogram yang dilengkapi dengan Kitab Al-Rujari (Roger's Book), untuk Raja Roger II dari Sicilia.
al-Idrisi dikenal sebagai ahli geografi dan kartografi terbesar di abad pertengahan. Saat itu Idris menjadi sangat dikenal dan mulai dilirik oleh kalangan navigator laut Eropa serta kalangan militer. Kemudian Idris membuat kitab Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Kesenangan untuk Orang-orang yang Ingin Mengadakan Perjalanan Menembus Berbagai Iklim) sebuah ensiklopedi yang berisi peta secara detil dan informasi lengkap negara-negara Eropa. Idris membuat kembali sebuah kompilasi (ensiklopedi) yang lebih komperhensif berjudul Rawd-Unnas wa-Nuzhat al-Nafs (Kenikmatan Lelaki dan Kesenangan Jiwa).
Idris juga ahli di bidang ilmu kedokteran, Ia menyusun sebuah buku berjudul al-Jami-li-Sifat Ashtat al-Nabatat, yang isinya menjelaskan nama-nama obat dalam beberapa bahasa, termasuk Berber (Arab), Suriah, Persia, Hindi, Yunani dan bahasa latin. Beberapa karyanya telah dialih bahasakan kedalam bahasa latin, bukunya sangat popular di daratan Eropa dan telah diterbitkan di Roma pada tahun 1619. Christopher Columbus, juga menggunakan peta asli yang dibuat oleh Idris sebelumnya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar