Ketinggian tokoh sufi dari Irak ini
konon melebihi Jalal al-Din al-Rumi dan al-Hallaj. Dia adalah praktisi dan teoritikus sufi (sufi amali wa falasafi)sekaligus sastrawan
besar dan pupuler, terutama di kalangan komunitas sufi.
“Kala kita telah melakukan perbuatan baik dan penuh kesungguhan
mengapa harus meributkan penilaian orang
lain tentang kita?
Bukankah Ridha-Nya lah yang kita dambakan?”
Nama lengkapnya ialah Muhammad ibnu Abdul
Jabbar bin al-Husain an-Nifari.Nama mistikus ini agak asing di telinga
sebagian muslim. Mungkin tidak seperti al-Hallaj, ia seakan kurang begitu populer di zaman modern. Padahal
dimata para ahli tasawuf, pandangan-pandangan sufistiknya sangat berpengaruh.
Terbukti dari banyaknya para sufi sesudahnya yang banyak mengikutinya. Dia
adalah An-Nifari, yang telah meninggalkan jejak kesufian yang luar biasa. Dalam
memaknai tasawuf, misalnya, ia lebih berhati-hati. Itu sebabnya ia menjadi
panutan bagi para sufi yang lain. Di dunia sastra klasik Irak, namanya
menjulang karena karya-karyanya yang masyhur. Tapi sejarah hidupnya sulit
dilacak. Menurut catatan , ia lahir di Basrah, Irak, tapi tanggal dan tahunnya
sulit ditemukan. Bisa dimaklumi, karena dia suka menyendiri. Apalagi dia lebih
suka berkelana.